sebutkan
dan jelaskan Tipe2 kepemimpinan dan teori2 kepemimpinan :
1. Tipe Otokratis
Semua ilmuan yang berusaha memahami
segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik
dipandang sebagai karakteritik yang negatif.Dilihat dari persepsinya seorang
pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin
yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain
dalam bentuk :
- Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan
alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
- Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan
dan kebutuhan para bawahannya.
- Pengabaian peranan para bawahan dalam proses
pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan
pemimpin yang otokratik antara lain:
- Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
- Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
- Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
- Menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya
penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan
masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu
ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan
oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.
Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada
tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya
yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin
yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun
para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa
umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota
organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang
menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa
yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu
sering intervensi.
5. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
- Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras
dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
- Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
- Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan
tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
- Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya,
- Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya,
- Komunikasi hanya berlangsung searah.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali
sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan
demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Sesuai dengan beragamnya definisi
mengenai kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan pun ada beberapa macam. Teori
kepemimpinan secara umum dapat digolongkan ke dalam empat kategori besar, yaitu
menggunakan pendekatan (1) Pengaruh kekuasaan, (2) Bakat, (3) Prilaku, dan (4)
Situasi. Tapi ini baru sebagian teori, yaitu dari pandangan masyarakat barat,
belum dari masyakat timur. Tapi tidak ada salahnya Kita akan coba ulas satu
demi satu.
1) Teori dengan Pengaruh Kepemimpinan
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi.
Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber
kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau
memimpin kelompok atau organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada
tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2) kepribadian, dan (3) politik.
1.1) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a) Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau
perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau
diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b) Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau
kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya,
memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c) Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa
juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang
sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang
didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak kepada
pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan mendapat
perlakuan kasar.
d) Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa
pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang yang
paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombingan.
e) Kendali Ekologi (lingkungan)
sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational
sengineering). Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975).
Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan
atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
1.2) Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a) Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih
membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang
paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b) Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan
sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c) Karisma (House, 1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin
juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai
hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
1.3) Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer,
1981)
a) Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974)
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan
dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b) Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau
kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c) Partisipasi (Pfeffer, 1981)
pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi,
dalam bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d) Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya
keluarga baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau
perusahaan baru. Dan sebagainya.
2) Teori Bakat
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori
transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena
sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat
diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma
atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro,
Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki
sifat yang tidak dimiliki pemimpin-pemimpin lain.
Di pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik tidak dapat disamakan dengan
tokoh-tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinannya bersumber atau
ditopang oleh legenda-legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Misal keturunan
raja, bangsawan, orang sakti, keturunan yang dianggap titisan dewa dan
sebagainya.
Karisma yang ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari
bakat atau sifat pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digolongkan
dalam teori bakat yang sedang kita bicarakan ini.
Teori bakat menurut Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat
adalah hal yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiyah, sehingga dapat
diteliti, diukur, dan diuktikan keberadaanya.
Teori bakat menurut Baas (1985) ada factor-faktor tambahan lain yang
menyebabkan lahirnya kepemimpinan karismatik selain faktor bawaan sejak lahir
yang dikemukakan oleh Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang mendahului
terjadinya seorang pemimpin), faktor atribusi (keyakinan sendiri) dan faktor
konsekuensi dari kepemimpinan.
Teori bakat menurut Conger dan Kanungo (1987) bahwa kepemimpinan karismatik
terutama bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri tertentu dari
pemimpin yang dipersepsikan oleh para pengikut bersarkan pengamatan pengikut
terhadap prilaku pemimpin.
Teori Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat
juga terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda dari
pendapat sebelumnya yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan karismatik
tidak dapat berjan pada kelompok-kelompok yang sangat terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul (1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin
karismatik yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada
kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan, seperti Mahatma
Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah juga mencatat
pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative dan kehancuran,
seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah “Apakah pemimpin karismatik
berdampak positif atau negatif bagi pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu
dijawab karena banyak pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah
satu jenis tersebut. Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun
positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang
positif dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih
mementingkan tujuan dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
3) Teori Perilaku
Teori prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya
dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku ini
lebih sesuai untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan,
karena peran pemimpin digariskan dengan jelas. Teori perilaku menurut beberapa
ahli, antara lain;
Mintzberg (1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut;
Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan
panutan (figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi adalah
sebagai pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara. Peran yang berkaitan
dengan pembuatan keputusan adalah sebagai wiraswasta, penyelesaian gangguan,
pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan
ditentukan bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan
salah satu peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page (Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatka teori kepemimpinannya pada
peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya ada Sembilan
kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi. Yaitu penyelia
(supervising), perencan dan pengorganisasi, pembuat keputusan, pemantau
indicator, pengendalian, perwakilan, pengkooordinasi, konsultasi, dan
administrasi.
Sebagai manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan
peran tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada
yang kuat di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.
4) Teori Situasional
Teori situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi
dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu (1)
perilaku pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan (2)
perilaku pemimpin merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan perkataan
lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel ikutan (dependent
variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel bebas (independent
variable).
4.1) Perilaku Pemimpin sebagai Akibat Situasi
Teori-teori yang membicarakan hal ini adalah;
a) Teori Peran (role theory) dari Merton (1957)
perilaku pemimpin disesuaikan pada perannya dalam kelompok, misalnya peran
seorang komandan berbeda denga peran seorang ayah, sehingga perilaku seorang pemimpin
berbeda ketika dia sedang berperan sebagai komandan dan ketika dia sedang
menjadi ayah.
b) Teori Harapan (expectancy theory) dari Nebecker & Mitchell (1974)
perilaku pemimpin ditentukan oleh harapan kelompoknya, misalkan seorang ayah
diharapkan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ayah yang lain
diharapkan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
c) Teori Adptif-Reaktif (adaptive-reactive theory) dari Osborne & Hunt
(1975)
perilaku pemimpin tidak ditentukan oleh satu faktor tertentu, tetapi oleh
interaksi antara bebrapa faktor dalam suatu situasi (multiple influence model).
Dengan kata lain, pemimpin setiap kali menyesuaikan perilakunya pada perubahan
situasi. Misalnya, perilaku komandan berbeda pada saat perang dan pada saat
damai.
d) Teori Pilihan Kendala (Constraints choices model) dari Stewan (1967, 1976,
1982)
perilaku pemimpin disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada. Ia akan memilih
perilaku yang kendalanya terkecil. Misalnya seorang komandan tetara dalam
situasi pertempuran, jika mengambil suatu tindakan kemungkinan korban sedikit
dan kemenangan akan dicapai maka komandan akan melaksanakan hal itu, namun
baila sebaliknya, lebih baik menunggu sampai situasi menguntungkan.
4.2) Perilaku Pemimpin sebagai Penyebab Situasi
Dalam teori ini pemimpin dipandang sebagai pihak yang bereaksi terhadap situasi
semat-mata, tetapi dipandang sebagai pihak yang lebih aktif, yang mengambil
inisiatif, dan yang member dampak pada situasi. Teori ini dinamakan juga teori
model kontingensi (contingency models). Beberapa ahli mengemukakan;
Hourse & Mitchell (1974) mengemukakan empat tipe perilaku pemimpin, yaitu;
suportif (mendukung), detektif (memeberi petunjuk), partisipatif (ikut
terlibat), dan orientasi prestasi (tujuan pencapaian terbaik).
Hersey & Blanchard (1969, 1977, 1982) mengemukakan dua tipe perilaku
pemimpin, yaitu; lebih mementingkan tugas (task behavior) dan lebih
mementingkan hubungan (relationship behavior)
Kerr & Jernier (1978) menyatakan, ada dua macam variabel situasi, yaitu (1)
yang mendukung efektivitas kepemimpinan (substitutes) dan (2) menghambat
efektivitas
Kepemimpinan. Mengahadapi dua situasi itu memiliki sikap kepemimpinan yang
berbeda. Dalam ha ini ada dua jenis pemimpin, yaitu; instrumental (mengawali,
merangsang) dan suportif (melanjutkan, mempertahankan).
Vroom & Yettom (1973) mendasarkan pada bagaimana perilaku pembuatan
keputusan pemimpin mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan bawahan dan
penerimaan bawahan terhadap keputusan. Ada tiga prosedur pembuatan keputusan,
yaitu; otokratik (membuat sendiri), konsultasi (konsultasi terlebih dahulu),
dan keputusan bersama.
Fiedler (1964, 1967) dan Sarwono (1995)
Efektivisas kepemimpinan tergantung pada persepsi pemimpin terhadap anggota
kelompoknya. Persepsi pemimpin terhadap anggotanya diukur berdasarkan pada
pandangannya terhadap anggota yang paling lemah, paling rendah prestasinya atau
paling tidak disukai (LPC/ last preferred co-worked)