Sabtu, 29 September 2012

Tulisan 2 (teori organisasi umum)


Perkelahian pelajar (TAWURAN)
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas dan yang paling  hangat kasus tawuran antar pelajar ini terjadi pada Senin kemarin, 24 September 2012, tawuran antarpelajar SMA kembali pecah di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan,  Pesertanya lagi-lagi para siswa dari SMA 6 dan SMA 70. Seorang pelajar SMA 6 bernama Alawy Yusianto Putra, meninggal sebagai korban. Tiga orang lagi luka-luka. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus.
Tinjauan Psikologi penyebab remaja terlibat perkelahian remaja :
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
1. Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
4. Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

Tulisan 1 Teori Organisasi Umum


Tips Memompa Kemauan

Pada dasarnya setiap orang bisa menemukan sendiri jalan untuk memompa kemauannya . Namun , untuk memudahkan sebaiknya anda mencoba beberapa cara . Jika anda disiplin , target yang anda tetapkan bisa tercapai . berikut merupakan beberapa cara yang bisa anda coba dalam memompa kamauan :

1.      Fokuskan perhatian pada apa yang anda miliki . Dari ppda anda sibuk memikirkan apa yang anda tidak memiliki , lebih baik anda fokuskan  pada apa yang anda punya dan mulai memikirkan bagaimana cara memberdayakan apa yang anda miliki tersebut . sertakan dengan kalimat yang membangun seperti “SAYA BISA” , “SAYA MAU” , “SAYA YAKIN” , Kemudian pasang terget yang membuat anda bertambah semangat  , ingat selalu akan hal-hal yang memotivasi anda  .
2.      Bangga saat melakukannya . apapun target anda , semua itu bisa tercapai kalau anda melakukannya  satu persatu . untuk menambah motivasi , bersikaplah bangga dengan prestasi yang telah  anda capai . jangan terpaku pada jalan yang masih panjang yang belum terselesaikan , Kalau perlu hadiahi diri sendiri dengan suatu hal yang telah anda raih .
3.      Buat target yang mudah . lebih baik membuat target yang mudah dari pada membuat target yang berat , karena biasanya target yang berat membuat hati menjadi ciut . target yang kecil membuat anda lebih sedikit kemauan dari pada target yang berat . kjeberhasilan akan membuat anda berani mencoba lagi dan menselesaikan semuanya dengan sukses .
4.      Bila selama ini kemauan anda belum pernah teruji , sebaiknnya jangan memilih target yang memberi perubahan besar dalam anda. Membangun kemauan sama seperti membangun otot . karena itu anda harus melakukan hal-hal biasa yang tak membutuhkan banyak usaha . seperti mematikan keran setelah mandi , mematikan lampu saat hari sudah terang , merapihkan tempat tidur setelah anda bangun tidur .
5.      Jangan mematok target berlebihan . jangan berharap seperti  Crish John bila postur tubuh anda tidak memungkinkan . turunkan target anda menjadi lebih masuk akal . tapi jangan terlalu rendah karena nanti anda tak mempunyai semangat untuk meraihnya .
6.      Pastikan target iru memang impian anda . tanyakan pada diri anda apakah taget ini memang anda inginkan atau hasil paksaan dari orang tua atau orang lain . akan sulit untuk maju jika suatu hal yang akan di capai berdasarkan hasil pemaksaan dari orang lain atau bukan kemauan sendiri .
7.      Buat rencana. Ambil waktu utnuk merencanakan bagaimana anda bisa mencapai target yang telah di tentukan. Cobalah menemukan beberapa cara untuk meraihnya dua pilihan lebih baik dari pada Cuma satu. Tapi jangan juga terlalu banyak rencana karna bissa membuat anda dilema yang berlebihan.
8.      Sampaikan pada teman. Kita cenderung menutupi rencana kita dari orang lain karena khawatir orang lain akan mengejek bila tak tercapai. Sayangnya usaha melindungi diri sendiri justru membuat kemauan melemah. Dengan menyampaikan rencana dan target kita pada orang lain , efek yang dapat anda rasakan justru akan menambah kekuatan si kemauan.  Bahkan , terkadang  bisa membentuk kelompok yang mengalami masalah sejenis . ini akan sangat membantu kita dalam mencapai target. Dukungan semangat serta rasa simpati akan membawa anda dalam keberhasilan bagi usaha kita.
9.      Jangan memaksakan  diri. Bila di tengah proses anda merasa bosan dan mandek. Berhentilah sejenak. Beri kesempatan pada diri anda untuk beristirahat. Tetapi setelah itu jangan lupa melakukan hal-hal yang diperlukan. Sekali kita bisa melakukan hal ini , otomatis anda bisa tahan lebih lama, dan  bahkan akhirnya bisa terbebas dari kebosanan.
10.  Istirahatlah. Berhenti sesaat bukan berarti anda lemah. Malas dan tak disiplin. Malah , sebenarnya anda tengah berada dalam proses memutus kebiasaan yang buruk dan menggantinya dengan yang baru. Jadi jangan terburu-buru putus asa. Dari pada menuduh diri sendiri malas dan payah , sebaiknya anda melihat sisi positifnya. Yaitu mencari sebab mengapa ingin berhenti. Atasi penyebabnya dan lanjutkan usaha anda meraih target yang telah anda rencanakan! Nah dengan tips diatas semoga kemauan anda bukan melagi sebuah kemauan. Melainkan dapat berubah menjadi tindakan nyata yang akan membantu anda mewujudkan sukses.